Jadi Gaduh, memekik ,ribut
Saku raba bulu roma
Buah dada sama rata
Ucap pikuk, bak sangkakala
Bingung, bengong, mulut menganga
Memandang jauh keawang awang
Halilintar menggelegarkah?
Petir menyambarkah?
Kembali sikap duduk bersila
Lalu bangkit berdiri dan marah
Memaki mengaduh dan berkomat
Lalu kamit sampai menetes embun
SEGAR..Basah, berpeluh kesah
Lalu berkeluh dan kemudian resah
Tak juga menerobos alam semesta
Dan dunia mencabut sukma
Merogoh jiwa, dan mengambil nyawa
Berteriak…diam dan kemudian tertawa
Puas, dengan semangat empat lima, dua tiga, satu dua
Berbangga diri tanpa makna
Hanya gombal laku tak puji
Bodoh dan dungu tak terperi
Sadarkah guru laksana guntur
Seperti tong kosong nyaring bunyinya?
Sebuah buku dan kitab sakti
Mengalahkan bumi rahasia Ilahi
Sakti paras wajah mandraguna
Ternyata hanya orang stress dan tak berguna
Kudiam menatap tajam
Mendekat tidak
Pergipun tidak
Haruskah menjadi gatot kaca?
Berotot kawat dan bertulang besi?
Jadilah pengajar dengan rendah hati
Nyatakan keagungan dan besar ILahi
Bukan sombong dan berlaku aneh
Jadi panutan kencing berlari…bagaimana murid yang mengamati?
Bercermin dan pandangi diri
Carilah jati diri, dan hati nurani
Pelajari firman yang sejati
Bukan sekedar kemasyuran diri
Dan kefanaan yang tak pernah asli
Jadilah batu segala penjuru
Jadilah dinar yang berpijar slalu
Lilin kecil terangi gelap,
Bukan matahari terangi bumi.
Kecil namun pasti, jangan besar tapi janji
Rasakan saja kuasanya mengalir
Jangan ditahan dan jangan dimohon
Karena Kuasa maha Tinggi tak tertandingi
Diundang lari, berpasrah, jadi
Bukan merasa yang paling benar,
hanya punya ini, Puisi…
Dingin, kaku…namun ini
Hanya sekedar curahan hati
Siapa yang mau melempar?
Siapa yang mau dilempar?
Tidak….tak ada kata berpalsu cita
Hanya tergerak dan terusik
Putih dulu suci mula
Hitam kini, kelam, gelap gulita
Memanggil jiwa
Mencari hati
Menyelamatkan nyawa
Apa itu salah?
Salah…Bila berselubung kelabu
Benar jika semurni madu
Tak ada emas logam mulia
Atau intan dan permata
Hanya punya beribu kata
Curahan hati sejuta makna
Tercerai berai menangis pilu
Mutiara berkilau ditelan samudra
Jangan gentar dan terus berkarya
Setiap insan punya kuasa
Caci kering dan maki api
Jangan ciut dan tawar hati
Biarkan kafillah tetap berlari
Dipadang gurun, dipadang salju
Satu tembakan menghancurkan sasaran
Seribu panahan menujam dada
Satu pukulan merusak jiwa…Akan mundurkah?
Sekali lagi tidak.dan sesekali kuberteriak
Disini bukan tempat bertahta api
Tapi hamparan hijau madani
Satu datang dan satu pergi
Satu caci dan satu puji
Gentarkah kutanya kau sekali lagi
Ini yang terakhir kukatakan tidak
Dengan segala asa dan bukti
Seperti duduk terjongkok menggambar pasir
Diam, dan ribuan mata hilang
Ucap, satu kata gempar
Ucap satu kalimat tersungkur
Memberi untaian kata menyejukan dunia
Memberi warna mengharumkan suasana
Cukup….
Telaah dan meneliti
Beribu lembar halaman pasti
Daripada berkata sakti
Namun ternyata….kosong….tak berisi
Jangan lupa awal , jangan dustai kasih
Apa yang ditebar, akan dituai nanti
Bila kosong, sepi, dan sendiri
Cari, dapatkan dan pelajari
Renung lamun dan langkahi...
Setapak dan tak berlari
Walau akhirnya hanya puisi dan puisi lagi
Itulah curahanhati
Seluas samudra, setinggi angkasa
Cukup untuk hari ini.
Puisi dan puisi lagi...
Makna atau arti
Kubayar tuntas lunas hari ini.
smile.
sajak tak berarti, puisi tak bermakna
tapi tetap, kubayar lunas hari ini
0 komentar:
Posting Komentar